Bustan, Tempat Mendapatkan Kesimbangan
Dunia ini semakin lama semakin maju dan modern, ingar bingar kehidupan penghuninya tidak pernah surut. Panasnya terik mentari tidak lagi menjadi penghalang penghuni dunia dalam bergilya untuk mendapatkan sumber kehidupan dunia. Gelapnya malam tidak pula menjadi rintangan menikmati indahnya bulan dan bintang, kerlap – kerlipnya bola lampu menjadi panorama tambahan dalam gemerlapnya malam.
Penghuni dunia kini seolah diajak untuk menikmati setiap jengkal ingar bingarnya kemajuan dunia dengan segala problema di dalamnya. Namun, semua adalah pilihan. Ada mereka yang memilih mengejar rupiah dan berlomba untuk menjadi nomor satu di dunia. Ada pula mereka yang meninggalkan kehidupan dunia demi mengejar surga di akhiratnya. Tapi, tidak sedikit mereka yang memilih seimbang dalam menjalani kehidupannya.
Mereka yang memilih seimbang dalam kehidupannya adalah mereka yang mengejar kehidupan dunia bukan untuk menjadi yang utama di dunia. Tapi, mereka menjadikan apa yang di dapatkan di dunia untuk bekal di akhiratnya. Mereka biasanya memilih tinggal di sebuah pondok pesantren atau tempat bermukim yang bisa membawa mereka pada keseimbangan kehidupannya.
Pondok pesantren Bustanul Wildan, salah satu pondok pesantren yang tidak hanya mengeajar kebahagiaan akhirat kemudian melupakan kehidupan dunia. Pondok pesantren yang telah berdiri sejak tahun 1946 ini, telah banyak menghasilkan ulama ternama, pengusaha sukses, Pegawai Negeri Sipil yang amanah, dan mereka yang sukses dalam urusan dunia tanpa lupa kebahagiaan akhirat.
Pondok pesantren ini, setiap hari mengajarkan berbagai hal. Bukan hanya ajaran agama yang membawa kita ke surga yang indah dan penuh berkah. Tapi, juga mengajarkan berbagai ilmu dunia yang akan membawa kita pada puncak kesuksesan dan kejayaan dengan tetap memegang teguh ajaran agama. Tak sedikit mereka yang memilih kehidupan seimbang antara surga dan dunia, bermukim di tempat yang tak begitu luas dan nyaman ini.
Bagi mereka yang berjiwa mulia bukan kehidupan yang nyaman dan sejahtera yang mereka kejar saat menuntut keseimbangan masa depan. Mereka terima apa adanya kehidupan yang disuguhkan oleh pondok pesantren. Kenyamanan hidup sendiri dan kenikmatan asupan gizi tidak lagi terasa saat mengejar cita – cita.
Tak jarang keluhan mereka terdengar nyaring, namun lebih sering syukur yang terngiang di setiap hembusan nafas mereka. Tak jarang mereka menangis menahan rindu orang – orang terkasih yang jauh mereka tinggalkan demi masa depan. Namun, rona bahagia karena mendapatkan ilmu lebih sering terpancar dari raut mereka.
Demi kesuksesan memerlukan pengorbanan, demi kejayaan harus melalui penderitaan, dan demi kebahagiaan harus melalui ketidaknyamanan. Mereka yang bisa melalui semuanya ada jaminan bisa mendapatkan semuanya. SitiNurasiah(Jurnalistik / 6 D)
Komentar
Posting Komentar